SABDA, Sabtu, 11-3-2017, MENGASIHI MUSUH DAN BERDOA BAGI MEREKA YANG MENGANIAYA KITA
BACAAN
Ul 26:16-19 – “Engkau akan menjadi umat yang kudus bagi Tuhan, Allahmu”
Mat 5:43-48 – “Haruslah kamu sempurna, sebagaimana Bapamu yang di surga sempurna adanya”
RENUNGAN
- Dalam Injil hari ini Yesus mengutip hukum kuna yang mengatakan: “Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu.” Yesus tidak setuju dengan hukum tersebut dan berkata: “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” Bagi kebanyakan orang, apa yang dikehendaki oleh Yesus tersebut sangatlah sukar, dan terlalu idealis, bahkan mustahil. Benarkah demikian?
- Yesus melihat adanya budaya kekerasan di kalangan orang-orang Israel: mereka menyalibkan para kriminal, menyingkirkan orang-orang kusta, orang-orang najis, dan orang-orang miskin. Mereka dianggap sampah masyarakat yang tidak berguna dan harus dienyahkan. Mereka mengasihi saudara sebangsa, tetapi tidak kalau harus mengasihi orang Samaria dan orang-orang kafir.
- Mengapa Yesus memberi perintah dan mewajibkan untuk mengasihi musuh dan berdoa bagi yang menganiaya kita? Jawabannya: Karena Allah adalah kasih. Ia tidak bisa berbuat lain kecuali mengasihi. Ia tidak bisa berbuat buruk. Bila kita mampu mengasihi musuh, kita adalah anak-anak Bapa di surga yang menerbitkan matahari untuk mereka yang jahat dan yang baik, serta menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Kalau kita mengasihi musuh, kita memiliki sifat yang sama dengan Allah, yaitu murah hati dengan memberi hal-hal baik kepada mereka yang melawan Dia.
- Dalam kehidupan nyata, sering terjadi kebencian antara suami dan isteri yang berujung pada perceraian. Juga terjadi saling fitnah antar tetangga, terjadi kebencian antar bangsa yang akhirnya harus berperang. Membiarkan kebencian akan membuat semuanya menjadi lebih buruk, saling tuduh makin berkembang, dan kekerasan serta pertumpahan darah terjadi. Kedua belah pihak dirugikan karena kebencian. Mampukah kita mengasihi dan mendoakan mereka yang memfitnah dan membenci kita?
- Kita juga sering mengeluh dan menggerutu terhadap tingkah laku orang lain. Kita juga sering dibuat jengkel dan frustrasi karena orang lain, sampai ada orang yang mengatakan: “Aku tidak percaya lagi” atau “tiada maaf bagimu.” Bisakah kita mengasihi dan berdoa bagi mereka?
- Kasus ini akan benar-benar menguji Anda: Bagaimana kalau Anda, sebagai perempuan, diperkosa? Bagaimana kalau salah satu anggota keluarga Anda dibunuh oleh tetangga? Masihkah Anda akan mengsihi dan mendoakan si pemerkosa dan si pembunuh tersebut?
- Dengan mengasihi musuh dan mendoakan mereka yang menganiaya kita, Yesus membuat kesimpulan: “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang disorga adalah sempurna.” Dari sini jelaslah tujuan setiap orang beriman, yaitu menggapai kesempurnaan sama seperti Bapa di sorga. Pasti banyak kesulitan, halangan, bahkan beban. Dalam Yesus, apa yang impossible harus diubah menjadi I’m possible.
- Kita harus memilih: mengasihi seperti Yesus atau membiarkan emosi-emosi kita, yang penuh amarah, kebencian, dan balas dendam, menguasai kita?
(MS)