SABDA, Selasa, 7-3-2107, DOA BAPA KAMI MENURUT MATIUS
BACAAN
Yes 55:10-11 – “FirmanKu akan melaksanakan apa yang Kukehendaki”
Mat 6:7-15 – “Yesus mengajar muridNya berdoa”
RENUNGAN
- Doa Bapa Kami, menurut Penginjil Matius ini, disampaikan oleh Yesus dalam rangka Kotbah di Bukit, di mana Yesus mengajak para muridNya untuk melaksanakan derma (Mat 6:1-4), doa (ay 5-15) dan puasa (ay 16-18). Doa Bapa Kami ini merupakan bagian dari katekese kepada orang-orang Yahudi yang menjadi Kristen. Mereka biasa berdoa, tetapi harus diluruskan.
- Yesus mengkritik orang-orang yang berdoa dengan kalimat-kalimat panjang, yang bertujuan untuk memaksa Allah agar menanggapi keperluan mereka. Terkabulnya doa-doa kita tidak tergantung pada panjangnya kata-kata, tetapi semata-mata pada kebaikan Allah saja. Ia tahu apa yang kita butuhkan sebelum kita berdoa (Mzm 139:4).
- ”Bapa” merupakan sebuah nama yang dipakai Yesus untuk menyebut Allah. Dengan menyebut Allah sebagai Bapa menyatakan sesuatu yang baru mengenai relasi dengan Allah yang mewarnai kehidupan komunitas-komunitas Kristen awal (Gal 4:6; Rom 8:15). Kita berdoa dengan menyebut: “Bapa kami,” bukan “Bapa saya.” Hal ini menunjukkan kesadaran bahwa kita ini termasuk keluarga besar umat manusia dari segala bangsa yang percaya kepada Kristus. Karena kita sebagai keluarga besar, maka kita juga harus sensitip terhadap jeritan semua saudara yang memohon roti mereka sehari-hari.
- Bagian pertama dari doa ini, kita mohon agar relasi kita dengan Allah dibangun kembali. Pertama-tama kita mohon untuk menguduskan namaNya. Nama Allah dikuduskan, bila kita menggunakannya dalam iman, untuk tujuan yang benar, untuk kebebasan manusia, dan bagi pembangunan Kerajaan Allah. Kita juga mohon “datanglah KerajaanMu.” Kedatangan Kerajaan Allah merupakan pemenuhan semua harapan dan janji Allah, yaitu hidup yang berkelimpahan. “Jadilah kehendakMu” bila kita melaksanakan kehendakNya. Kehendak Allah diungkapkan dalam Hukum. Hukum Allah menjadi sumber keteraturan kehidupan manusia. Ketaatan terhadap Hukum Allah merupakan ukuran bahwa kita melaksanakan kehendak Allah.
- Bagian kedua dari doa Bapa Kami adalah kita mohon agar relasi antar pribadi dipulihkan dengan mengajukan empat permohonan, yang menunjukkan betapa pentingnya mengubah struktur komunitas dan masyarakat agar semua anak Allah memiliki martabat yang sama.
- Permohonan makanan secukupnya. Dalam pengembaraannya di padang gurun (Eksodus), umat Israel menerima manna setiap hari (Kel 16:35). Yesus mengundang kita untuk hidup dalam Eksodus Baru, berupa persaudaraan baru yang akan menjamin roti tiap hari bagi semua (Yoh 6:48-51).
- ”Ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami.” Kita menyampaikan kepada Allah ukuran pengampunan yang kita inginkan. Ketika kita mengampuni banyak, maka Allah juga mengampuni banyak. Ketika kita tidak mengampuni, Allah pun tidak akan mengampuni kita.
- ”Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan.” Dalam peristiwa Eksodus, umat Israel dicobai dan jatuh (Ul 9:6-12). Umat Israel mengeluh dan ingin kembali ke Mesir (Kel 16:3; 17:3). Dalam Eksodus Baru, godaan akan diatasi dengan kekuatan yang diterima dari Allah (1Kor 10:12-13).
- ”Bebaskanlah kami dari yang jahat.” Si jahat itu adalah Setan, yang berusaha menarik kita dari Allah. Setan berhasil membujuk Petrus (Mat 16:23) dan menggodai Yesus di pada gurun. Yesus mengalahkaan Setan (Mat 4:1-11). Ia berkata kepada kita: “Kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia” (Yoh 16:33).
- Doa Bapa Kami bukan hanya sebuah doa, tetapi juga jalan hidup. Dalam doa tersebut kita mengarahkan seluruh diri kita kepada Allah dan orang lain. Dalam doa, kita mengakui ketergantungan kita kepada Allah dalam segala hal. Dan sikap kita terhadap orang lain adalah menerima mereka, apa pun keadaan mereka, dan mengampuni mereka.
(MS)