SABDA, Sabtu, 4-3-2017 YESUS DATANG UNTUK PARA PENDOSA
BACAAN
Yes 58:9b-14 – “Apabila engkau menyerahkan kepada orang lapar apa yang kauinginkan sendiri, maka terangmu akan terbit dalam gelap”
Luk 5:27-32 – “Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat”
RENUNGAN
- Yesus memanggil seorang pendosa untuk menjadi muridNya: “Ikutlah Aku!” Ia memanggil Lewi, seorang pemungut cukai, dan segera ia meninggalkan segala sesuatu, mengikuti Yesus dan ikut ambil bagian dalam kelompok para murid. Kemudian Lewi menyiapkan jamuan besar di rumahnya. Yang terpenting di sini adalah kebersamaan Yesus dengan para pendosa di sekitar meja makan, yang sebenarnya dilarang oleh hukum agama, karena Ia menjadi najis.
- Yesus tidak datang untuk orang yang benar, tetapi untuk para pendosa. Tanggapan Yesus terhadap Lewi membuat marah besar di antara para penguasa agama. Sangat dilarang untuk duduk semeja dengan para pemungut cukai dan para pendosa, karena jika demikian menganggap para pendosa sebagai saudara. Dengan bertindak demikian, Yesus telah mengabaikan hukum agama.
- Dengan tindakanNya tersebut, Yesus menerima orang-orang yang tersingkirkan dan memperlakukan mereka sebagai saudara dari keluarga Allah yang sama. Para ahli kitab tidak langsung bicara dengan Yesus, tetapi kepada para muridNya: “Mengapa kamu makan dan minum bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” Jawab Yesus: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat.” Yesus telah melawan hukum agama.
- Dengan kata-kata tersebut, tugas perutusan Yesus jelas: Ia datang untuk menyatukan orang-orang yang terpisah, memulihkan kembali orang-orang yang tersingkirkan, untuk menyatakan bahwa Tuhan bukanlah seorang hakim yang galak yang menghukum dan mengusir, tetapi sebagai Bapa yang menerima dan merangkul.
- Dengan panggilan Lewi, kita pun dipanggil Allah untuk mengikuti Dia. Bukan karena kita layak, tetapi karena Allah menghendaki demikian. Seperti pemungut cukai yang mengadakan perjamuan besar karena panggilannya, kita pun memulai hidup kita dengan suatu pesta bersama Allah, artinya hidup dengan gembira, bersukacita dan bersyukur. Sama seperti pemungut cukai, mengikuti Yesus berarti meninggalkan segala sesuatu yang ada di belakang kita, melepaskan genggaman, dan menempatkan langkah kita pada jalan Allah. Hal ini membutuhkan rahmat Allah, tetapi juga tanggapan kita.
(MS)