SABDA, Jumat, 3-3-2017 PUASA
BACAAN
Yes 58:1-9a – “Berpuasa, yang kukehendaki, ialah engkau harus membuka belenggu-belenggu kelaliman”
Mat 9:14-15 – “Mempelai itu akan diambil dari mereka, dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa”
RENUNGAN
- Dalam Kitab Suci, Yesus tidak pernah mendesakkan praktek puasa bagi para muridNya. Ia membebaskan mereka, berpuasa atau tidak, walaupun Ia sendiri menjalani puasa selama 40 hari (Mat 4:2). Karena para muridNya tidak berpuasa, maka murid-murid Yohanes bertanya kepada Yesus: “Mengapa kami dan orang Parisi berpuasa, tetapi murid-muridMu tidak?”
- Jawaban Yesus singkat: Selama mempelai bersama mereka, maka mereka tidak perlu berpuasa. Yang disebut mempelai di sini adalah Yesus sendiri dan para murid adalah sahabat dari mempelai itu. Selama mempelai (Yesus) bersama para murid itulah saat pesta, bukan berpuasa. Pada suatu hari, mempelai tidak akan bersama mereka. Pada saat itulah para murid berpuasa.
- Kapan Yesus tidak bersama para murid? Saat Yesus wafat di kayu salib. Dan itu terjadi pada hari Jumat Agung. Pada saat itulah kita berpuasa. Jadi puasa kita tinggal sekali lagi, yaitu pada hari Jumat Agung. Setelah Yesus bangkit, apakah kita harus berpuasa? Tidak perlu. Mengapa? Karena Yesus bersama lagi dengan para murid, dan Yesus mengidentifikasi diri dengan orang-orang miskin, lapar, sakit, difabel, dan orang-orang yang tersingkirkan dari keluarga dan masyarakatnya. Kita bersama Yesus dalam diri mereka.
- Maka puasa harus mengambil bentuk baru dan kreatip, seperti dikemukakan oleh nabi Yesaya, yaitu dengan tindakan konkret membuka belenggu-belenggu kelaliman, melepaskan tali-tali kuk, memerdekakan orang yang teraniaya, membagi roti kepada mereka yang lapar, memberi tumpangan kepada mereka yang tidak punya rumah, memberi pakaian kepada mereka yang telanjang, dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudara sendiri (Yes 58:6-7).
- Apa arti puasa dan pantang makanan dan minuman? Puasa seperti itu merupakan sarana penting untuk mengendalikan diri dari nafsu-nafsu tidak teratur dan mengarahkan hidup kepada tujuan yang sebenarnya, yaitu demi kemuliaan Tuhan dengan demikian jiwaku selamat.
- Kita bukanlah murid-murid Yohanes yang sering berpuasa, seperti juga dilakukan oleh banyak agama lain. Kita adalah murid Yesus, di mana mempelai selalu bersama kita dalam diri orang lain yang sangat berkekurangan dan membutuhkan pertolongan kita. Maka puasa berarti: “Keluar dari diri sendiri” dan berjumpa dan berbagi dengan orang-orang .
- Bagaimana puasaku?
(MS)