SABDA, Jumat, 17-2-17 SALIB: SATU-SATUNYA JALAN MENUJU KESELAMATAN KEKAL

BACAAN

Kej 11:1-9 – “Tuhan mengacaubalaukan bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing”
Mrk 8:34-9:1 – “Barangsiapa kehilangan nyawa demi Aku dan karena Injil, akan menyelamatkan nyawanya”

 

RENUNGAN

  1. Untuk memahami bacaan hari ini, kita perlu tahu konteks historisnya. Tahun 70, ketika Injil Markus ditulis, komunitas-komunitas Kristen mengalami keadaan yang sangat sulit: Kaisar Nero menyampaikan maklumat untuk mengejar, menangkap, menyiksa dan membunuh semua orang Kristen. Penguasa Romawi menghancurkan Yerusalem. Terjadi pula ketegangan antara orang Yahudi yang memeluk Kristen dengan yang tidak. Yang menjadi masalah besar bagi orang Yahudi adalah tentang Salib. Bagi mereka: orang yang disalib adalah orang yang dikutuk Allah. Maka mereka tidak bisa menerima Yesus sebagai Mesias yang bersengsara. Demikian pula pendapat Petrus.
  2. Dari konteks sejarah tersebut, Markus menulis Injilnya. Tujuannya: untuk menguatkan iman orang-orang Kristen pada waktu itu supaya bertahan dalam segala kesulitan dan penderitaan karena Kristus.
  3. Syarat mengikuti Yesus. Tuntutan untuk mengikuti Kristus bagi umat Kristen awal dan umat jaman sekarang sama: “ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.” Menyangkal diri: tidak mengikuti kesenangan sesaat yang menyesatkan. Memikul salib, artinya berani menanggung akibat karena mengikuti Yesus: disingkirkan, ditekan, diperlakukan tidak adil. Mengikuti Yesus: kita hanya melewati jalan yang dilewati Yesus, membangun hidup seperti hidup Yesus, mengarah pada tujuan yang dituju oleh Yesus. Tuntutan ini mutlak dan harga mati, agar kita memperoleh keselamatan. Hanya Salib satu-satunya jalan menuju keselamatan kekal.
  4. Karena kata dan cara hidup Yesus yang dianggap membahayakan kedudukan para pejabat pemerintahan dan pejabat keagamaan pada waktu itu, maka Yesus harus dibunuh. Yesus tidak takut kehilangan hidupNya: “Begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal” (Yoh 3:16). Tindakan Yesus demi keselamatan manusia ini hendaknya menginspirasi kita dalam mengikuti Dia.
  5. Salah satu konsekuensi mengikuti Yesus ialah tidak boleh malu: “Sebab barangsiapa malu …. Anak Manusia pun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan BapaNya” (ay 38). Di samping itu, kita harus berani mewujudkan diri sebagai orang beriman dan memiliki keberanian untuk mewartakan Kabar Gembira Injil kepada orang-orang yang paling dekat, yaitu keluarga, sanak saudara, lingkungan di mana kita berada.
  6. Mengikuti Yesus sungguh tidak mudah, dan Yesus tidak pernah berkata bahwa mengikuti Dia akan mudah. Yang dijanjikan Yesus kepada kita: “Ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir jaman” (Mat 28:20).

 

(MS)