SABDA, Sabtu, 4 Pebruari 2017, MEREKA SEPERTI DOMBA TANPA GEMBALA
BACAAN
Ibr 13:15-17.20-21 – “Semoga Allah damai sejahtera memperlengkapi kamu dengan segala yang baik”
Mrk 6:30-34 – “Tergeraklah hatiNya oleh belaskasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala”
RENUNGAN
- Injil hari ini merupakan pengantar tentang penggandaan roti. Sambutan selamat datang diberikan kepada para murid. Mereka “kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepadaNya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan.” Kemudian Yesus mengajak mereka untuk pergi ke tempat yang sunyi supaya bisa sendirian dan beristirahat.
- Pergi ke tempat yang sunyi merupakan salah satu cara Yesus membentuk para murid. Di sana mereka diajak untuk meninjau kembali dan berefleksi terhadap apa yang telah mereka lakukan. Mereka juga diajak untuk membangun relasi yang semakin mendalam dengan Allah, supaya menjadi rasul yang efektip dan berdaya guna.
- Masihkah kita, secara sengaja dan serius, menyediakan waktu khusus untuk hening dan berjumpa dengan Allah dalam permenungan dan doa? Kita terlalu sibuk, yang sebenarnya sering tidak beguna. Di gereja banyak yang ngobrol. Wa, facebook, twitter, instagram, main game tidak pernah berhenti, sepertinya kita sudah diperbudak oleh hp.
- Para murid memberitahukan kepada Yesus tentang apa yang mereka lakukan dan ajarkan. Dalam komunitas, mereka dilatih untuk bercerita tentang pengalaman mereka. Bercerita dalam keluarga amatlah penting. Dari sini kita belajar untuk saling terbuka, mendengarkan, dan berbagi. Tetapi sayang sekali, kebiasaan ini pun makin menghilang dari keluarga-keluarga kita. Masing-masing anggota keluarga sibuk dengan urusannya sendiri, sibuk dengan acara tv, sibuk dengan hpnya.
- Melihat kerumunan banyak orang, Yesus merasa sedih dan kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba tanpa gembala. Maka Ia mengajar mereka tentang banyak hal. Sadar bahwa mereka tidak mempunyai gembala, maka Yesus mulai menjadi gembala mereka. “Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku … “ (Mzm 23:1.3-5).
- Orang-orang sangat terkesan dengan pengajaran Yesus, tidak sama dengan para ahli Kitab (Mrk 1:22.27). Pengajaran Yesus diberikan tidak hanya dengan kata-kata, tetapi juga dengan sikap hidup dan pribadiNya yang bersatu erat dengan Tuhan. Yesus mengajar mereka untuk saling mengasihi secara aktif dan sepenuhnya. Kata-kata Yesus mendorong mereka untuk secara radikal meninggalkan cara hidup lama: materialisme, kekerasan, keserakahan, egoisme dan penguasaan.
- Sikap dan cara Yesus mengajar, alangkah baiknya kalau menjadi pola pendidikan dalam keluarga kita, di mana orang tua bertindak sebagai Kristus-yang-lain bagi anak-anak. Sebuah cita-cita luhur yang sering sukar diwujudkan, karena tidak adanya komunikasi yang baik antar anggota keluarga. Allah memanggil kita supaya Allah tinggal dalam hidup kita dan dalam keluarga kiita.
(MS)