SABDA, Rabu, 18-1-17, KEHIDUPAN MANUSIA DI ATAS HUKUM DAN PERATURAN
BACAAN
Ibr 7:1-3.15-17 – “Engkaulah imam untuk selama-lamanya menurut tata imamat Melkisedek”
Mrk 3:1-6 – “Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?”
RENUNGAN
- Yesus di Sinagoga pada hari Sabat. Seseorang yang tangannya lumpuh sebelah ada di sana, tetapi ia tidak bisa ambil bagian dalam ibadat karena dianggap najis. Bahkan ketika hadir dalam masyarakat ia diusir.
- Para musuh Yesus mengamat-amati, kalau-kalau Yesus menyembuhkan pada hari Sabat. Tujuan mereka hanya satu: menuduh Yesus dan membunuhnya. Setiap orang dilarang bekerja pada hari Sabat (Kel 20:8-20). Bagi orang-orang Parisi dan penguasa keagamaan, menyembuhkan orang sakit sama dengan bekerja, sehingga mereka mengatakan: “Dilarang menyembuhkan pada hari Sabat.” Mereka menempatkan hukum dan peraturan di atas manusia. Yesus berpendapat lain. Ia menempatkan manusia di atas hukum. Hukum harus melayani manusia untuk berkembang dan menjadi sempurna. Dengan alasan ini, orang-orang Parisi melawan Yesus. Bagi mereka hanya ada satu tujuan: menuduh dan melenyapkan Yesus.
- Dengan penuh keberanian, Yesus berkata kepada orang yang mati sebelah tangannya: ”Mari, berdirilah di tengah!” Artinya: Yesus menghendaki agar orang yang disingkirkan itu berada di tengah komunitas. Orang itu tidak bisa disingkirkan lagi, ia harus bersama-sama dengan orang lain.
- Kepada para lawanNya, Yesus mengajukan pertanyaan: “Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat,menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang? Dengan pertanyaan ini, yang dipikirkan Yesus hanya satu: keselamatan orang yang disingkirkan itu. Dengan demikian Yesus melawan larangan hukum Sabat. Dan yang dipikirkan para pejabat keagamaan hanya satu juga: mencari cara untuk membunuh Yesus. Mereka tidak bisa menjawab apa yang ditanyakan Yesus itu: “Mereka itu diam saja.”
- Yesus “berduka cita karena kedegilan mereka, dan dengan marah Ia memandang sekelilingNya.” Lalu ia berkata kepada orang itu: “Ulurkanlah tanganmu!” Kemarahan Yesus dipicu oleh kemunafikan orang-orang Parisi dan kedegilan hati mereka. Mereka datang ke Sinagoga tidak untuk mendengarkan pengajaran Yesus, dan berbuat baik, melainkan untuk menuduh dan membunuh Dia.
- Untuk tujuan mereka, orang-orang Parisi bersekongkol dengan kaum Herodian untuk membunuh Yesus. Tidak hanya orang-orang Parisi, para pejabat keagamaan, kaum Herodian yangmelawan Yesus, tetapi mereka yang semula kagum terhadap mukjijat Yesus : “Kita belum pernah melihat yang seperti ini” (Mrk 2:12), pada akhirnya mereka bersatu melawan Yesus dengan berteriak: “Salibkan Dia, salibkan Dia.”
- Bagaimana perhatian Gereja terhadap orang-orang yang tersingkirkan? Beranikah kita bertindak seperti Yesus, yaitu melawan ketidak adilan di sekitar kita?
(MS)