SABDA, Sabtu, 14-1-17, TUHAN MEMANGGIL ORANG YANG BERDOSA

BACAAN

Ibr 4:12-16 – “Marilah kita menghampiri takhta kerahiman Allah dengan penuh keberanian”
Mark 2:13-17 – “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa”

 

RENUNGAN

  1. Setelah Yesus mengampuni dosa (Mrk 2:1-12), Yesus pergi ke pantai danau. Ia mengajarkan Sabda Allah kepada orang banyak yang datang kepadaNya. Dalam pengajaranNya, Yesus memproklamasikan Kabar Baik dari Allah (Mrk 1:4). Ia bicara tentang Allah dengan cara yang baru. Ia bicara berdasarkan pengalaman hidupNya sendiri, pengalaman di mana Ia memiliki Allah dan Kehidupan. Ia hidup dalam Allah. PengajaranNya menyentuh banyak orang yang mendengarkan Dia (Mrk 1:22.27). Dalam Yesus, kehadiran Allah terasa sangat bersahabat dan benar-benar sebagai Kabar Baik bagi manusia.
  2. Yesus memanggil Lewi, seorang pemungut cukai: “Ikutlah Aku!” Maka berdirilah Lewi lalu mengikuti Dia. Sebagai tanda suka cita, Lewi mengundang Yesus dan para muridNya untuk makan di rumahnya. Banyak pemungut cukai dan orang-orang berdosa ikut makan. Para ahli Taurat tidak berkenan dengan apa yang dilakukan oleh Yesus, karena Ia makan dengan pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi mereka tidak berani mengkritik Yesus secara langsung, tetapi lewat murid-muridNya: “Mengapa Ia makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?”
  3. Tindakan Yesus ini menyebabkan para penguasa agama sangat marah. Sangat dilarang untuk duduk semeja dengan para pemungut cukai dan para pendosa, karena dengan duduk bersama mereka berarti menganggap para pendosa itu saudara. Yesus tahu hati mereka yang jahat, maka Ia berkata kepada mereka: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”
  4. Bangsa Yahudi, khususnya para penguasa agama, memandang Lewi sebagai orang najis dan berdosa, pengkhianat bangsa, karena bekerja sama dengan penjajah Romawi. Pemungut cukai dibenci dan dikucilkan. Tetapi Tuhan mau memilih dan memulihkan kehidupan Lewi, bahkan ia dipakai Tuhan untuk menulis Injil (Injil Matius). Kita, mungkin, punya masa lalu yang buruk yang membuat kita merasa tidak layak, minder, tidak percaya diri, malu, dan akhirnya menutup diri. Tetapi Injil hari ini mengingatkan: seburuk apa pun masa lalu kita, sehina apa pun orang memandang kita, ketika Tuhan memanggil kita menjadi pengikutNya, percayalah bahwa Ia menerima dan memulihkan kita.
  5. Tetapi terkadang kita juga memiliki sikap seperti para penguasa agama, ahli Taurat dan orang Parisi, yaitu: memandang negatip orang-orang yang tidak sesuai dengan harapan kita. Kita juga mengadili orang lain berdasarkan apa yang kita lihat. Beranikah kita mengubah diri, sehingga kita mempunyai cara pandang seperti yang ada pada Tuhan?

 

(MS)