SABDA, Kamis, 12-1-17, MENYAPA DAN MEMPERHATIKAN BERARTI MENYEMBUHKAN

BACAAN

Ibr 3:7-14 – “Hendaklah kamu saling menasehati setiap hari, selama masih dapat dikatakan “hari ini”
Mrk 1:40-45 – “Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku.” Maka tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tanganNya, menjamah orang itu, dan berkata kepadanya, “Aku mau, jadilah engkau tahir.”

 

RENUNGAN

  1. Orang kusta dengan suka rela datang kepada Yesus dan minta ditahirkan. Dengan menerima dan menyembuhkan orang kusta, Yesus menyatakan wajah baru tentang Allah. Orang kusta adalah orang yang disingkirkan, orang najis, maka ia harus tinggal jauh dari masyarakat. Setiap orang yang menyentuh orang kusta itu, ia juga akan dianggap najis. Tetapi orang kusta itu memiliki nyali yang besar. Ia melanggar norma-norma agama untuk mampu mendekati Yesus. Ia beseru: “Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku.”
  2. Orang kusta, pada waktu itu, dianggap memiliki dua kejahatan: 1) Kusta membuat orang itu menjadi najis. 2) Dia diasingkan dari pergaulan masyarakat dan dihukum oleh masyarakat dan agama. Namun kata-kata si kusta kepada Yesus menyatakan iman yang besar kepadaNya. Yesus tergerak hatiNya, maka Ia menyembuhkan dua kejahatan tersebut. Yesus menjamah orang itu, dengan mengatakan: “Aku mau, jadilah engkau tahir.” Yesus melanggar norma-norma agama pada waktu itu, karena Ia menyentuh orang kusta. Dan Yesus pun dianggap najis.
  3. Dengan sembuh dari kusta, Yesus memasukkan orang tersebut ke dalam persaudaraan orang-orang yang percaya. Yesus tidak hanya menyembuhkan, tetapi juga menghendaki agar orang tersebut mampu hidup dalam persaudaraan dengan orang lain. Tetapi orang kusta yang sudah sembuh itu harus mendapatkan sertipikat dari imam, bahwa ia sudah sembuh. Karena hanya imam yang dapat menentukan orang itu tahir atau najis (Imamat 14:2-32).
  4. Orang kusta itu mewartakan bahwa Yesus telah menyembuhkan dia. Yesus melarang orang kusta itu bicara tentang kesembuhannya, tetapi larangan itu tidak dijalankan. Orang itu berjalan keluar, dan menyebarkan tentang kesembuhannya tersebut. Akibatnya: Yesus tidak bisa masuk kota, Ia harus tetap di luar, di tempat terpencil. Mengapa demikian? Karena Yesus telah menjamah orang kusta tersebut. Dengan demikian Ia dianggap najis. Tetapi masyarakat tidak menghiraukan peraturan keagamaan tersebut: “orang terus juga datang kepadaNya dari segala penjuru” (ay 45). Hal ini merupakan perlawanan yang keras terhadap peraturan yang membelenggu dari otoritas keagamaan.
  5. Di sekitar kita banyak orang, karena sesuatu hal, dijauhi oleh masyarakatnya. Bahkan hal tersebut terjadi dalam keluarga kita. Pasti mereka mengalami kesesakan bahkan kepedihan. Dalam hati, mereka ingin mengatakan: “Kalau engkau mau, sapalah aku.” Sebenarnya cukup dengan kemauan dan tindakan kita, maka banyak orang bisa kita sembuhkan.

 

REFLEKSI

  1. Mana bagian hidup Anda yang perlu dibersihkan oleh Yesus?
  2. Carilah dan temuilah orang yang merasa dijauhi oleh masyarakat, sapalah dan perhatikan dia, maka dia akan sembuh.

 

(MS)