SABDA, Jumat, 6-1-17 DALAM YESUS ADA PENGHARAPAN, SUKA CITA, DAN KEBAHAGIAAN

BACAAN

1Yoh 5:5-13 – “Kesaksian tentang Anak Allah”
Mark 1:7-11 – “Engkaulah Anak yang Kukasihi, kepadaMulah Aku berkenan”

 

RENUNGAN

  1. Perikope Injil hari ini melanjutkan tentang Yohanes Pembaptis yang meneruskan kotbahnya, tetapi secara khusus menunjuk yang datang sesudahnya, yang lebih berkuasa daripada dia. Yohanes juga menunjuk perbedaan antara baptisan yang ia berikan dengan baptisan yang diberikan oleh Yesus. Baptisan Yohanes hanyalah persiapan agar orang bisa menerima “Ia yang akan datang.” Dia akan membaptis dengan Roh Kudus.
  2. Pelayanan Yesus kepada publik dimulai sesudah pembaptisanNya. Bahkan dalam Injil Markus, baptisan Yesus sesudah Yohanes menyatakan bahwa Yesus lebih berkuasa daripadanya dan ia tidak layak melepaskan tali kasutNya.
  3. Ketika Yesus dibaptis, “langit terkoyak, dan Roh seperti burung merpati turun ke atasNya.” Langit terkoyak merefleksikan sebuah kiasan tentang kedatangan Allah ke dalam sejarah manusia untuk membebaskan umatNya. Burung merpati melambangkan aktivitas Roh Allah dan juga kedatangan Roh Kudus yang memberi kekuatan.
  4. Kehadiran Roh Kudus dalam diri Yesus berarti Yesus diberi kuasa dan statusNya sebagai Anak Allah dikukuhkan. Puncak peristiwa adalah suara dari sorga: “Engkaulah Anak yang Kukasihi, kepadaMulah Aku berkenan.” Suara itu telah ditulis dalam Mazmur: “AnakKu Engkau” (2:7) – menunjuk pada Daud sebagai raja. Dan Kitab Yesaya: “Itu hambaKu yang Kupegang, orang pilihanKu, yang kepadaNya Aku berkenan” (42:1) – menunjuk Hamba Yahwe. Dari kedua kutipan itu, Yesus dikukuhkan sebagai Raja dan Hamba Tuhan.
  5. Sesudah kematian Yesus di kayu Salib, dua peristiwa terjadi: Pertama, Bait Allah terkoyak. Hal ini menunjukkan bahwa Allah tidak lagi tinggal dalam bangunan Bait Allah, dan menunjukkan bayangan kehancuran Bait Allah pada tahun 70. Kesimpulannya: pusat ibadat tidak lagi di Bait Allah, tetapi pada Salib. Kedua: pengakuan kepala pasukan. Ia mengakui Yesus sebagai: Anak Allah.
  6. Kita yang mengakui Yesus sebagai Anak Allah, Tuhan, dan Penyelamat, dan dibaptis, telah diangkat menjadi raja dan hamba serta anak-anak Allah. Hal ini berarti: seseorang yang percaya kepada Yesus bersedia untuk menerima bahwa penderitaan adalah bagian dari kemanusiaan kita. Bahkan segala sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan kita dan ketika kita harus memanggul salib kehidupan, kita tetap memiliki pengharapan, keberanian dan ketekunan. Suka cita dapat ditemukan bahkan di tengah penderitaan, kebahagiaan dapat ditemukan di tengah kesengsaraan dan harapan hadir dalam keputus-asaan.
  7. Akan selalu setiakah kita sebagai pengikut Kristus?

 

(MS)