SABDA, Senin, 31-10-16 – MURAH HATI THD YG MISKIN, CACAT, TERPINGGIRKAN

BACAAN
-Flp 2: 1-4 – “Hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji2an yg sia2”
-Luk 14:12-14 – “Undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta …. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar”

RENUNGAN

  1. Kebiasaan kita kalau mengadakan pesta selalu mengundang teman-teman, saudara, relasi, tetangga yang terhormat dan terpandang, dengan harapan mereka memberi sumbangan yang banyak. Ketika pesta berlangsung, tak ada yang bersedia duduk semeja dgn orang-orang yang sama sekali tidak kenal. Ini kebiasaan orang-orang Yahudi, juga kebiasaan kita. Yesus berpikir beda. Ia menganjurkan untuk mengundang orang-orang miskin, cacat, lumpuh dan orang-orang buta. Kita pasti berpikir: “Gila. Kalau demikian pesta bisa kacau, berantakan dan rugi karena tidak ada sumbangan.”
  2. Kita pasti tidak akan melakukan apa yang dianjurkan Tuhan. Kalau begitu, apa maksud Tuhan? Kerajaan Allah, yg dilambangkan dengan perjamuan makan, bukan milik suatu masyarakat yang tertutup, yang hanya terdiri dari orang-orang kaya, juga bukan perkumpulan para sahabat. Kerajaan Allah milik semua oanrg termasuk orang-orang miskin, cacat, lumpuh dan buta.
  3. Yesus menuntut kita agar kita mengasihi dengan rela dan murah hati terhadap mereka yang miskin, cacat, lumpuh, buta dan tersingkir. Sangat mudah mencintai orang-orang yg dekat: keluarga, teman-teman yang sepaham, tetapi tidak mudah mengasihi mereka yang terpinggirkan. Ini tantangan kita murid-murid Tuhan.
  4. Mengasihi sepenuh hati kepada mereka yang miskin, cacat, buta dan tersingkirkan dengan tidak minta balasan akan membawa kebahagiaan tersendiri. Kebahagiaan yang akan dipenuhkan oleh Allah pada saat kebangkitan nanti, dan saat sekarang kebahagiaan itu sudah diberikan.
  5. Murah hati menuntut pengorbanan. Murah hati tidak akan mempermiskin tapi justru memperkaya jiwa dan hidup kita. Pada hari pengadilan, kita akan diadili menurut perbuatan kita.

REFLEKSI

  1. Bagaimana pengalaman batin Anda ketika Anda memberi dengan rela kepada mereka yang miskin, tersingkirkan?
  2. Ketika Anda membantu orang-orang miskin, tersingkir, kesulitan apla yang muncul?
  3. Mengapa Anda terlalu pelit ketika harus memberi persembahan dan mengeluh kekurangan?

(MS)